Anak |
Blog Sita Rosita - Rabu, 10 Juli 2013 - 06:11 WIB - Besar kemungkinan anak suka berbohong
dikarenakan orang tua sering melarang anaknya untuk mengatakan sesuatu kejadian
atau peristiwa yang memang benar-benar terjadi. Dalam arti anak sesungguhnya
ingin mengatakan sesuatu yang benar akan tetapi oleh karena alasan tertentu,
orang tua melarang anaknya untuk mengatakan sebenarnya. Sebagai gambaran
ilustrasi, “Suatu ketika secara terus terang Jagad mengatakan kepada ibunya,
bahwa adiknya yang bernama Jayeng pernah dicubitnya sampai menangis karena
sering menggangu saat ia sedang belajar”. Mendengar keterusterangan kata-kata
dari Jagad anak pertamanya itu, sang ibu justru dengan sangat marah malah
memarahinya bahkan menampar kedua pipinya. Perlakuan ibunya yang dirasakan
tidak adil ini tentu membuat Jagad menjadi kecewa, meskipun atas tindakan
ibunya itu dia tidak melakukan reaksi melawan, dia hanya diam.
Pada peristiwa berikut, saat Jagad
sedang belajar mengerjakan pekerjaan rumah, PR dari gurunya di sekolah, adiknya
Jayeng datang menggangunya kembali akan tetapi Jagad membiarkan saja meskipun
di dalam hatinya ia sangat kesal dan mendongkol. Pada saat itu ibunya datang
dan Jagad berkata pada ibunya, bahwa ia sangat mencintai dan mengasihi adiknya,
Jayeng. Oleh karena itu dia tidak marah lagi kepada adiknya meskipun sudah
mengganggu belajarnya saat mengerjakan pekerjaan rumah. Mendengar penuturan
Jagad ibunya langsung merangkulnya dan
mencium kedua pipinya, “Nah, begitulah! Kamu harus sayang kepada adikmu
Jayeng”. Ya, Jagad terpaksa berkata
bohong kepada ibunya agar tidak kena marah lagi, karena berkata yang benar
justru ia mendapat marah dan tamparan.
Nah sobat, dari gambaran peristiwa di atas bisa ditarik suatu
kesimpulan bahwa berbicara benar membuat seorang
anak seperti Jagad, justru malah mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan, merasakan
kesakitan, dicubit bahkan ditampar oleh ibunya, sedangkan dengan berkata bohong
mengatakan yang bukan sebenarnya mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Tentu
pengalaman itu mengajarkan kepada anak bahwa ibu ternyata lebih menyukai kepada
anaknya yang berbohong. Hal seperti inilah yang acap kali dikeluhkan oleh
seorang ibu karena anak-anaknya sering berbohong. Orang tua terutama
seorang ibu sering kali menyalahkan anak-anaknya yang sering kali
berbohong. Padahal secara tak disadarinya, kelakuan dan sikap anak untuk
berbicara bohong itu akibat dari prilaku dan tindakannya sendiri dalam
menyikapi suatu kejadian di dalam keluarga yang berkait dengan anak-anaknya itu.
Dan kesukannya untuk bicara bohong dari anak-anaknya itu secara tak disadari
oleh orang tua merupakan cermin dari hasil didikannya sendiri.
Bohong adalah berbicara yang tidak sebenarnya dan itu
dilalakukan dengan sengaja yang bertujuan untuk memperdayakan orang lain.
Dengan kata lain berbohong meliputi tiga factor, yaitu:
2. Dilakukan dengan sengaja
3. Bertujuan untuk memperdaya orang lain
Nah, apabila orang tua menginginkan anaknya berkata dan
bersikap jujur dan tidak berbohong, mulailah dari sekarang untuk mau menerima
penjelasan dan kata-kata yang disampaikan oleh anak. Dengarkanlah terlebih
dahulu sampai anak selesai mengungkapkan isi hatinya. Jelasnya orang tua harus
bersedia mendengarkan dan menerima sesuatu baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan, mau menerima suatu kebenaran baik kebenaran baik maupun buruk
yang dinyatakan oleh seorang anak. Jangan sampai anak merasa takut untuk
mengungkapkan isi hatinya karena pada umumnya anak sangat memperhatikan reaksi
orang tua terhadap ekspresi perasaannya. Sikap dan reaksi-reaksi dari orang
tuanya itu yang akan menjadi pijakan atau keputusan yang diambil anak, apakah
ia akan bersikap jujur atau berbohong. Jika orang tua menghukum anaknya yang sudah berkata
sebenarnya, jujur dan tidak berbohong, tentunya seorang anak akan termotivasi
untuk berbohong sebagai tindakan bela diri atau pertahanan diri.
Referensi
Drs. Dewa Ketut Sukardi. “Psikologi Populer”
Ghalia Indonesia. Jakarta 1987)
Penulis
Slamet Priyadi
Orang tua harus bersedia mendengarkan dan menerima sesuatu dari anak baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, mau menerima suatu kebenaran, baik ataupun buruk yang dinyatakan oleh seorang anak
BalasHapus