“Garba”
“Garbaku hiruk pikuk ba' gerumbulan gumuk
Jiwaku riakkan semarak ba' awan berarak
Hatiku adalah rasa kabarkabur kasmarani berbaur
Muntahkan segala isi kosongkan jiwa nan terkubur”
“Terkulai”
“Terkulai di pembaringan,
tak ada yang bisa dilakukan,
hanya tengadah ke langit-langit,
menerawang nasib sengit,
tentang jiwa yang terpingit”.
“Welas asih”
"Sifat welas asih
penuh cinta kasih
adalah cermin
jiwa yang putih bersih"
Sifat angkuh nan sombong
adalah cermin
pikiran dan jiwa
yang kosong melompong.
“Dalam Gelap”
“Dalam gelap menyergap,
terjerambab, tergagap sirnakan
sigap
lalu terbaring layu,
terbujur kaku, dan membeku”.
“Sejati manusia”
“Bergumul kadibyan kamulyan
kekangkan diri, sejati manusia mesu diri.
Sisihkan angkara 'tuk sucikan
jiwa,
welas asih itu yang utama”
“Elang”
“Burung elang terbang melayang
di atas hamparan luas rumput
ilalang,
lalu menukik tajam menerkam
induk ayam nyawa pun temaram”
“Jika”
"Jika di segala ranah,
pejabatnya tak lagi amanah,
rakyat harus merubah
agar kesucian tak punah".
“Terbelalak”
"Siang terang benderang,
cuaca panas mencekam dari
semalam,
dan mata tak bisa terpejam,
terbelalak menatap masa depan
nan suram"
“Gelora”
"Wajah tersenyum,
mata kernyitkan makna,
ungkap jiwa dalam kata-kata,
gelora rasa dalam dada".
“Carut Marut”
“Bergelut dalam pikir carut
marut,
membuat kening semakin berkerut,
saat solusi semakin jauh dari harap,
dan, semua tak ada yang bisa kutangkap”
“Temaram”
“Saat senja temaram rayapi
malam,
Cakar kaki celepuk hitam,
cengkeram anak kelelawar bernasib kelam,
dan merah berdarah tebarkan bau anyir darah,
sirnakan jiwa kelam,
temaram ke alam kelanggengan”
“Gita Pertala”
“Gita pertala adalah tembang
jagad raya,
lantunkan kilat irama,
melodi mandala di angkasa,
yang tebarkan merahnya merah,
warna tanda Tuhan murka”
“Jajar Jejer”
“Kembara di alam maya,
telusuri malam pojok Jakarta,
banyak perempuan malam,
jajar-jejer nan molek penuh pesolek,
di lampu-lampu temaram,
jajakan diri 'tuk dicolek”.
“Termakan Tamak”
"Rasa kecewa berdecak
dalam lelap,
saat mentari menyeruak di balik bukit,
yang sakit karena tak lagi bersemak,
hilang sirna termakan
tamak".
"Dada ini pun begemuruh,
pikirku hilang separuh,
karena di langit masih ada cita-cita,
yang belum tergapai menjelma,
dan semangatku pun cerai berai,
semakin lalai lemah lunglai".
(Denmas Priyadi Sabtu, 06 Juli 2013
08:36 wib SP091257)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar