Sabtu, 14 Februari 2015

HUGH JOLLY: "BAYI LAHIR MATI"



Blog Sita Rose – Minggu, 15 Februari 2015 – 01:54 WIB

TIDAK JARANG terjadi, bayi lahir sudah dalam keadaan tak bernyawa, yang disebut bebang. Sungguh sayang dan kurang berpengertian, banyak orang tua bayi bebang semacam itu tidak dibantu untuk berkabung atas kehilangter mereka an mereka. Seringkali terjadi bahwa orang tua tidak ikut terlibat dalam upacara pemakaman, bahkan ada yang tidak mengetahui tempat dikebumikannya. Bukan satu dua kali terdengar keluhan dari orang tua bahwa mereka tidak ikut terlibat dalam pemakaman bayi mereka yang lahir mati dan karenanya terus-menerus kedatangan rasa menyesal. Banyak ibu yang mengalami kematian bayi dalam kandungan menjadi sangat tertekan, sehingga mau tidak mau berkesimpulan bahwa mereka kurang dibantu dalam menangisi kehilangan itu dan menuntaskan kesedihan mereka — yang sangat berbeda dengan “melupakannya” atau “tak mempedulikannya lagi”.

Ibu-ibu yang bayinya mati dalam kandungan menjadi gelisah khususnya pada kehamilan berikutnya dan beberapa waktu setelah melahirkannya. Kadangkala, selagi bercakap-cakap dengan ibu yang sangat gelisah yang baru saja melahirkan bayinya, orang jadi tahu bahwa sebelum itu ia telah kehilangan anak karena lahir mati. Kegelisahan ibu semacam ini kerap kali berpengaruh pada anak yang berikut sampai besar. Pernah dalam konsultasi dengan dokter terungkap bahwa gangguan lambung seorang anak berusia enam tahun ternyata terpengaruh oleh kecemasan hati ibunya karena teringat anak terdahulu yang lahir mati. Di antara tetesan air mata ibu itu mengatakan bahwa setiap ia melihat seorang gadis seusi delapantahunan , ia jadi teringat akan Christine, putrinya yang mati dalam kandungan delapan tahun yang lalu. Ibu tersebut, sebagaimana banyak ibu lainnya, tidak mengetahui persis tempat dimana dikuburkannya putrinya dan ia sangat ingin mengetahuinya. Banyak pula ibu lain yang mengetahui kubur tempat dikebumikannya putrinya yang lahir mati, akan tetapi jarang pula di antara mereka yang mengetahui dengan tepat dimana lokasi kubur putrinya itu dikebumikan. Bahkan ada beberapa ibu yang sengaja tidak diberitahu oleh suaminya dengan maksud agar jangan sampai teringat-ingat selalu. Namun justru dengan itu malah terjadi kebalikannya, sang ibu malah merasa sangat kehilangan dan malah selalu teringat-ingat oleh bayinya itu. Dan, Baru sekaranglah dokter dan staf rumah sakit berpendapat bahwa satu-satunya cara meringankan kesedihan karena kehilangan bayi sebelum sempat menyayanginya ini ialah dengan melibatkan orang tua sepenuh-penuhnya pada pengurusan terakhir bayi mereka. Sebelumnya biasalah rumah sakit yang mengambil alih “penguburan” bayi yang lahir mati itu dari tangan orang tua.

Lalu bagaimanakah orang harus bertindak pada kelahiran bayi tak bernyawa lagi seperti itu? Semua ibu yang bayinya telah tak bernyawa sebelum sakit melahirkannya mulai hendaklah diberitahu sebelum kelahiran. Namun sebenarnya hal  itu sudah dapat diketahui dengan sendirinya oleh sang ibu, sebab berhentinya gerakan dalam kandungan itu sangat jelas. Suaminya lebih baik berada di ruang bersalin untuk memberikan bantuan moril dan berbagai kesedihan. Staf rumah sakit yang sudah tahu bahwa bayi yang akan dilahirkan sudah mati dan bahwa kedua orang tua sudah tahu juga, kemudian dapat menciptakan suasana yang lebih realistis dan penuh simpati. Baik ayah maupun ibu hendaklah diberi kesempatan melihat dan memegangi bayi mereka yang sudah mati pada kelahiran itu. Hal ini berlaku pula pada bayi-bayi yang matinya sudah beberapa waktu sebelumnya. Dalam hal ini segala sesuatu harus dilakukan dengan penuh perasaan di pihak staf rumah sakit. Baru-baru ini seorang pria yang sudah berpesan kepada rumah sakit agar ia dipanggil pada saat kelahiran bayinya yang diketahui sudah tak bernyawa, dapat memberanikan istrinya untuk mula-mula meraba kaki bayinya yang masih tertutup selimut dan kemudian untuk memandangi wajah bayi itu yang sudah tak bernyawa. Memperlihatkan bayi yang sudah mati itu hendaknya dilaksanakan juga meskiun bayinya cacad. Bagi kebanyakan orang tua, cacad yang sudah sungguh-sungguh dilihat jauh kurang mengerikan dari pada cacad yang hanya dibayangkan. Semua itu banyak tergantung dari bagaimana orang menangani situasinya. Biasanya dengan diperlihatkan terlebih dahulu bagian yang utuh.

Bagi seorang ibu yang baru mengalami kematian bayinya dalam kandungan, yang paling sangat diperlukan ialah seorang pendengar yang penuh perhatian. Kesulitannya ialah bahwa dokter dan perawat di rumah sakit biasanya kurang terlatih dalam hal menghadapi kematian pasien, yang bisa tidak bisa dapat menimbulkan rasa kegagalan personal. Mungkin orang awam kurang menyadari betapa dokter dan perawat dihinggapi rasa sedih dan sedikit banyak rasa bersalah pada setiap kematian pasien yang berada di tangan mereka. Perasaan ini membuat mereka berusaha keras untuk mengupayakan kesembuhan pasien, meskipun sebenarnya sudah jelas tak tersembuhkan. Mengunjungi pasien dan bercakap-cakap dengannya serta sanak keluarga yang menungguinya, sedang pasien itu sudah menanti ajal, merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
   
Pustaka:
Hugh Jolly. “Membesarkan Anak Secara Wajar”
(Petunjuk lengkap cara pameliharaan anak dari seorang dokter ahli)

sabtu, 14 Febuari 2015 – 23:33 WIB
Sita Rose
Di Pangarakan, Bogor